Minggu, 30 Desember 2012

Pelangi Jiwa

Aku memandangmu dari jauh
Bersama rindu yang menderu
Seperti embun pagi ini
yang menggelayut di hijaunya dedaunan
hingga tetesannya jatuh tepat
di sejuknya nuranimu

Aku yakin ada yang berbisik di sana
Ketika kata tak sempat tersampaikan
namun maknanya telah hanyut
mengalir di setiap aliran darah

Kini ia telah menjelma pelangi
lukiskan warna jiwa kesetiaanmu
Merah memecah segala resah
kuning mengiring tawa dikala hening
Hijau hilangkan sejuta risau
yang membiru di hati yang baru

Cilegon, di penghujung tahun 2012

Sabtu, 15 Desember 2012

OKULUS

Di gerbang harapan kita bersua
berjanji menggenggam matahari
aku, kau dan dia tlah menjelma kupu-kupu
di kuntum mawar sunyi
bercerita tentang semburat senja
yang menggantung di kaki langit

Sempat kita terpisah jauh
saat rintik-rintik hujan mulai berselisih
beradu pada bumi laramu
hingga kilatnya silaukan
okulus

Tapi pelangi senja ini
masih lukiskan indahnya di hati kita.
karena okulus batinmu
menawarkan sejuta teka-teki
dan seringkali hadirkan imajinasi
yang menari di awan-awan putih

Ah, mungkin hanya dengan okulus hati kita
yang mampu mendefinisikannya

Terimakasih atas warna-warna
yang tlah kau lukiskan
di kanvas hidupku

Cilegon, 17 - 12 - 12

Jumat, 14 Desember 2012

Penantianku



Ketika rasa tak mampu terucap
dari lisan yang kelu
maka kan ku jaga ia
di malam-malam penuh do'a
agar kelak bercahaya
dan berlabuh di dermaga hatimu

Biarlah ku simpan segala resah
dalam peti yang terkunci rapat

Hingga kelak kau hadir
mengusir lara
penantianku
membiaskan sinar kasih
dan mengajakku
merengkuh rembulan

Bersamamu,
merajut bahagia
dalam bingkai pernikahan

(Untukmu yang masih menjadi rahasia-Nya, semoga Allah selalu menjagamu..)

Sabtu penuh warna,
di Cilegon, 15 - 12 - 12





Biru


Senandung cinta
menggantung
di awan-awan suci

Mengguratkan sketsa
di masa lampau
saat aku mulai mengenalmu

Betapa Tuhan Maha adil
menciptakan sebuah rasa
yang bergemuruh di dada

Saat ku tatap kembali langit pagi ini
ia membiru
bersama awan mengambang
mengantarkan sejuta kasih
pada bumi yang merindu

Mungkinkah biruku masih setia?
pada mentari
yang tak henti mencinta
membagi senyum pada semesta

Cilegon, Desember 2012


Rabu, 12 Desember 2012

Sayap - Sayap Bidadari (Episode 1)

       



      

     Sore hari di depan laboratorium tempat kerjaku, saat sedang istirahat sambil menatap langit senja di kota baruku ini, tiba-tiba saja aku teringat pada sahabat-sahabatku tersayang di kota kelahiran. Mereka adalah sosok-sosok luar biasa, bak bidadari yang slalu menginspirasiku. Aku mengenal mereka sudah cukup lama, tepatnya saat kami sama-sama mengikuti kegiatan tahap awal masuk sebuah organisasi.
         Meski kami berbeda kampus, namun pertama kali melihat sahabat-sahabat baruku seolah sudah lama mengenalnya. Kami saling tukar nomor HP dan berkenalan satu sama lain. Masih ku ingat saat itu peserta kegiatan terlihat sangat aktif, penampilan kami memang biasa-biasa saja tidak seperti kakak-kakak panitia lain yang jilbaber. Harus ku akui rasa ingin tahu teman-temanku tentang islam patut diacungi jempol.
Kegiatan itu berlangsung selama 3 hari yang dilaksanakan di sebuah pesantren di Cikoneng. Walau hanya 3 hari, namun acaranya sangat berkesan, khususnya bagi kami mahasiswa baru yang masih awam soal pemahaman agama dan organisasi.
         Acara yang paling berkesan bagiku adalah acara keputrian, dimana kami bisa curhat masalah apa saja. Kami dibimbing oleh seorang ukhti yang sangat anggun, cara dia berbicara sangat lembut dan santun, kami memanggilnya teh Zahra (bukan nama sebenarnya). Sebelum sesi curhat dimulai, teh Zahra memutar sebuah video di laptopnya. Judul videonya adalah sayonara jahiliyah (sampai sekarang aku mencari video itu tapi belum ketemu, buat temen2 yang punya kabari ya..!)
         Video berdurasi pendek ini berkisah tentang seorang perempuan yang senang berfoya-foya, memamerkan rambutnya dan menggunakan waktu dengan sia-sia, sampai akhirnya dia merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, dan akhirnya dia menemukan kawan-kawan terbaik yang mengajaknya menuju hidayah terindah. Entah mengapa air mata ini menetes membasahi pipi.Ku tatap sahabat-sahabatku, rupanya mereka pun merasakan kerinduan yang sama denganku untuk mencari hidayah itu. Tiba-tiba saja ku lirik sahabat disampingku menangis tersedu-sedu hingga ia kesulitan bernafas. Aku yakin ia sangat tersentuh melihat video tersebut.
        Setelah memutarkan video tersebut, kemudian teh Zahra menceritakan hikmah dari apa yang sudah kami tonton. Lalu beliau mengajak kami untuk berdialog, dan yang pertama curhat adalah sahabatku tadi yang menangis tersedu-sedu, namanya Lani, dia menceritakan tentang kehidupannya yang dirasa hampa sambil menangis. Aku pun merasakan getaran yang dirasakannya. Ku tatap wajah Lani yang cantik dan putih bersih. Semenjak perkenalanku diawal, Lani adalah peserta paling polos, dia masih menggunakan jilbab sporty'nya, tapi ia punya semangat yang tinggi melaksanakan setiap tugas dari panitia walau dia paling manja dari kami. Namun kini diantara tangis pilunya, aku yakin Lani telah mendapat secercah hidayah dari tayangan video tadi. Suatu saat nanti aku akan mendapatinya sebagai sosok muslimah pendamba Surga.
          Selain acara keputrian, pengalaman paling seru yang ku dapatkan dari kegiatan ini adalah saat kami dilatih untuk simulasi aksi. Ini adalah kali pertamanya bagi kami untuk merancang sendiri persiapan aksi. Dalam kegiatan ini ikhwan dan akhwat harus tampil bersama menyuarakan aksi, walau konsepnya kami buat masing-masing.
         Panitia memberitahukan bahwa orator aksinya harus dua, dari ikhwan satu dan akhwat satu. Tiba-tiba saja secara serempak teman-teman akhwat menunjukku. Dulu ketika SMA aku memang pernah mengikuti aksi solidaritas untuk Palestina bersama teman-teman di ikatan pelajar muslim Tasik. Maka bismillah ku coba pengalaman baru di sini. Peserta akhwat berinisiatif untuk membuat sebuah teatrikal menggambarkan kekejian penguasa terhadap rakyat jelata. Duh, kalau ingat saat – saat itu slalu ingin tersenyum, kami yang polosnya menyuarakan yeal-yeal pembangkit semangat.
          Di sela-sela kegiatan, kami isi waktu dengan menghafal ayat Al-Qur’an yang ditugaskan panitia, tapi di lain waktu kami juga saling bertukar cerita. Sehingga ketika rindu berkumpul bersama keluarga bisa terobati dengan kehangatan sahabat-sahabat tersayang. Di antara mereka aku memperhatikan seorang peserta yang begitu aktif jika sedang diskusi, namanya Rahma. Dia yang sering mencairkan suasana di tengah padatnya kegiatan, wajah polosnya membuatku kagum betapa rasa ingin tahunya begitu tinggi. Dan kelak kan ku saksikan ide-ide cemerlang dan keaktifannya memberi semangat membara untuk dakwah ini.
          Di sini kami juga mendapat pengalaman spiritual lewat acara perjalanan malam. Tepatnya di malam terakhir, setiap orang harus menjelajah sendiri dengan hanya membawa sebuah lilin untuk penerangan. Sekuat tenaga aku menjaga agar lilin tetap menyala, Penunjuk jalan yang diberikan panitia adalah beberapa lilin yang dinyalakan di setiap pos. HIngga tiba di pos terakhir seorang panitia akhwat mengikatkan kain penutup mata, lalu aku diajak untuk berjalan beberapa meter. Hatiku sedikit berdebar, di tengah malam gelap gulita aku disuruh duduk di suatu tempat yang entah dimana sebab mataku masih ditutup. Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang yang memberikan tausyiah. Kemudian dia menyuruh kami membuka penutup mata, betapa terkejutnya kami saat mengetahui bahwa kami sudah berada di antara gundukan tanah dengan aroma khas, pemakaman.
          Kami diajak untuk muhasabah betapa hidup ini hanyalah sekejap, aku dan semua yang hadir di tempat ini pasti akan menyusul orang-orang yang telah meninggal. Aku terbayang jika waktu itu tiba, dan malaikat mencabut nyawaku, apa yang akan aku persembahkan untuk Rabbku kelak?. Tak terasa air mata ini menetes, aku teringat akan dosa-dosa yang pernah ku lakukan. Wahai Allah Yang Maha Mengetahui, maafkan segala kesalahanku, jadikanlah di akhir hidupku nanti dalam keadaan yang baik, husnul khotimah.. Aamiin…
         Tak terasa tiga hari kami lewati dengan membawa kesan yang mendalam. Usai acara kami saling berpelukan erat, berharap episode kehidupan yang kan kami jalani selanjutnya menjadi lebih baik dan bisa menemukan secercah hidayah terindah yang Allah berikan.

          Perjumpaan itu menjadi langkah awal kami untuk sama-sama mencari cinta Hakiki. Jika ku ingat saat-saat perkenalan kami dahulu, slalu membuatku tersenyum, dan menitikkan air mata keharuan, betapa ukhuwah begitu indah.

Cilegon, 12-12-12