Minggu, 30 Desember 2012

Pelangi Jiwa

Aku memandangmu dari jauh
Bersama rindu yang menderu
Seperti embun pagi ini
yang menggelayut di hijaunya dedaunan
hingga tetesannya jatuh tepat
di sejuknya nuranimu

Aku yakin ada yang berbisik di sana
Ketika kata tak sempat tersampaikan
namun maknanya telah hanyut
mengalir di setiap aliran darah

Kini ia telah menjelma pelangi
lukiskan warna jiwa kesetiaanmu
Merah memecah segala resah
kuning mengiring tawa dikala hening
Hijau hilangkan sejuta risau
yang membiru di hati yang baru

Cilegon, di penghujung tahun 2012

Sabtu, 15 Desember 2012

OKULUS

Di gerbang harapan kita bersua
berjanji menggenggam matahari
aku, kau dan dia tlah menjelma kupu-kupu
di kuntum mawar sunyi
bercerita tentang semburat senja
yang menggantung di kaki langit

Sempat kita terpisah jauh
saat rintik-rintik hujan mulai berselisih
beradu pada bumi laramu
hingga kilatnya silaukan
okulus

Tapi pelangi senja ini
masih lukiskan indahnya di hati kita.
karena okulus batinmu
menawarkan sejuta teka-teki
dan seringkali hadirkan imajinasi
yang menari di awan-awan putih

Ah, mungkin hanya dengan okulus hati kita
yang mampu mendefinisikannya

Terimakasih atas warna-warna
yang tlah kau lukiskan
di kanvas hidupku

Cilegon, 17 - 12 - 12

Jumat, 14 Desember 2012

Penantianku



Ketika rasa tak mampu terucap
dari lisan yang kelu
maka kan ku jaga ia
di malam-malam penuh do'a
agar kelak bercahaya
dan berlabuh di dermaga hatimu

Biarlah ku simpan segala resah
dalam peti yang terkunci rapat

Hingga kelak kau hadir
mengusir lara
penantianku
membiaskan sinar kasih
dan mengajakku
merengkuh rembulan

Bersamamu,
merajut bahagia
dalam bingkai pernikahan

(Untukmu yang masih menjadi rahasia-Nya, semoga Allah selalu menjagamu..)

Sabtu penuh warna,
di Cilegon, 15 - 12 - 12





Biru


Senandung cinta
menggantung
di awan-awan suci

Mengguratkan sketsa
di masa lampau
saat aku mulai mengenalmu

Betapa Tuhan Maha adil
menciptakan sebuah rasa
yang bergemuruh di dada

Saat ku tatap kembali langit pagi ini
ia membiru
bersama awan mengambang
mengantarkan sejuta kasih
pada bumi yang merindu

Mungkinkah biruku masih setia?
pada mentari
yang tak henti mencinta
membagi senyum pada semesta

Cilegon, Desember 2012


Rabu, 12 Desember 2012

Sayap - Sayap Bidadari (Episode 1)

       



      

     Sore hari di depan laboratorium tempat kerjaku, saat sedang istirahat sambil menatap langit senja di kota baruku ini, tiba-tiba saja aku teringat pada sahabat-sahabatku tersayang di kota kelahiran. Mereka adalah sosok-sosok luar biasa, bak bidadari yang slalu menginspirasiku. Aku mengenal mereka sudah cukup lama, tepatnya saat kami sama-sama mengikuti kegiatan tahap awal masuk sebuah organisasi.
         Meski kami berbeda kampus, namun pertama kali melihat sahabat-sahabat baruku seolah sudah lama mengenalnya. Kami saling tukar nomor HP dan berkenalan satu sama lain. Masih ku ingat saat itu peserta kegiatan terlihat sangat aktif, penampilan kami memang biasa-biasa saja tidak seperti kakak-kakak panitia lain yang jilbaber. Harus ku akui rasa ingin tahu teman-temanku tentang islam patut diacungi jempol.
Kegiatan itu berlangsung selama 3 hari yang dilaksanakan di sebuah pesantren di Cikoneng. Walau hanya 3 hari, namun acaranya sangat berkesan, khususnya bagi kami mahasiswa baru yang masih awam soal pemahaman agama dan organisasi.
         Acara yang paling berkesan bagiku adalah acara keputrian, dimana kami bisa curhat masalah apa saja. Kami dibimbing oleh seorang ukhti yang sangat anggun, cara dia berbicara sangat lembut dan santun, kami memanggilnya teh Zahra (bukan nama sebenarnya). Sebelum sesi curhat dimulai, teh Zahra memutar sebuah video di laptopnya. Judul videonya adalah sayonara jahiliyah (sampai sekarang aku mencari video itu tapi belum ketemu, buat temen2 yang punya kabari ya..!)
         Video berdurasi pendek ini berkisah tentang seorang perempuan yang senang berfoya-foya, memamerkan rambutnya dan menggunakan waktu dengan sia-sia, sampai akhirnya dia merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, dan akhirnya dia menemukan kawan-kawan terbaik yang mengajaknya menuju hidayah terindah. Entah mengapa air mata ini menetes membasahi pipi.Ku tatap sahabat-sahabatku, rupanya mereka pun merasakan kerinduan yang sama denganku untuk mencari hidayah itu. Tiba-tiba saja ku lirik sahabat disampingku menangis tersedu-sedu hingga ia kesulitan bernafas. Aku yakin ia sangat tersentuh melihat video tersebut.
        Setelah memutarkan video tersebut, kemudian teh Zahra menceritakan hikmah dari apa yang sudah kami tonton. Lalu beliau mengajak kami untuk berdialog, dan yang pertama curhat adalah sahabatku tadi yang menangis tersedu-sedu, namanya Lani, dia menceritakan tentang kehidupannya yang dirasa hampa sambil menangis. Aku pun merasakan getaran yang dirasakannya. Ku tatap wajah Lani yang cantik dan putih bersih. Semenjak perkenalanku diawal, Lani adalah peserta paling polos, dia masih menggunakan jilbab sporty'nya, tapi ia punya semangat yang tinggi melaksanakan setiap tugas dari panitia walau dia paling manja dari kami. Namun kini diantara tangis pilunya, aku yakin Lani telah mendapat secercah hidayah dari tayangan video tadi. Suatu saat nanti aku akan mendapatinya sebagai sosok muslimah pendamba Surga.
          Selain acara keputrian, pengalaman paling seru yang ku dapatkan dari kegiatan ini adalah saat kami dilatih untuk simulasi aksi. Ini adalah kali pertamanya bagi kami untuk merancang sendiri persiapan aksi. Dalam kegiatan ini ikhwan dan akhwat harus tampil bersama menyuarakan aksi, walau konsepnya kami buat masing-masing.
         Panitia memberitahukan bahwa orator aksinya harus dua, dari ikhwan satu dan akhwat satu. Tiba-tiba saja secara serempak teman-teman akhwat menunjukku. Dulu ketika SMA aku memang pernah mengikuti aksi solidaritas untuk Palestina bersama teman-teman di ikatan pelajar muslim Tasik. Maka bismillah ku coba pengalaman baru di sini. Peserta akhwat berinisiatif untuk membuat sebuah teatrikal menggambarkan kekejian penguasa terhadap rakyat jelata. Duh, kalau ingat saat – saat itu slalu ingin tersenyum, kami yang polosnya menyuarakan yeal-yeal pembangkit semangat.
          Di sela-sela kegiatan, kami isi waktu dengan menghafal ayat Al-Qur’an yang ditugaskan panitia, tapi di lain waktu kami juga saling bertukar cerita. Sehingga ketika rindu berkumpul bersama keluarga bisa terobati dengan kehangatan sahabat-sahabat tersayang. Di antara mereka aku memperhatikan seorang peserta yang begitu aktif jika sedang diskusi, namanya Rahma. Dia yang sering mencairkan suasana di tengah padatnya kegiatan, wajah polosnya membuatku kagum betapa rasa ingin tahunya begitu tinggi. Dan kelak kan ku saksikan ide-ide cemerlang dan keaktifannya memberi semangat membara untuk dakwah ini.
          Di sini kami juga mendapat pengalaman spiritual lewat acara perjalanan malam. Tepatnya di malam terakhir, setiap orang harus menjelajah sendiri dengan hanya membawa sebuah lilin untuk penerangan. Sekuat tenaga aku menjaga agar lilin tetap menyala, Penunjuk jalan yang diberikan panitia adalah beberapa lilin yang dinyalakan di setiap pos. HIngga tiba di pos terakhir seorang panitia akhwat mengikatkan kain penutup mata, lalu aku diajak untuk berjalan beberapa meter. Hatiku sedikit berdebar, di tengah malam gelap gulita aku disuruh duduk di suatu tempat yang entah dimana sebab mataku masih ditutup. Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang yang memberikan tausyiah. Kemudian dia menyuruh kami membuka penutup mata, betapa terkejutnya kami saat mengetahui bahwa kami sudah berada di antara gundukan tanah dengan aroma khas, pemakaman.
          Kami diajak untuk muhasabah betapa hidup ini hanyalah sekejap, aku dan semua yang hadir di tempat ini pasti akan menyusul orang-orang yang telah meninggal. Aku terbayang jika waktu itu tiba, dan malaikat mencabut nyawaku, apa yang akan aku persembahkan untuk Rabbku kelak?. Tak terasa air mata ini menetes, aku teringat akan dosa-dosa yang pernah ku lakukan. Wahai Allah Yang Maha Mengetahui, maafkan segala kesalahanku, jadikanlah di akhir hidupku nanti dalam keadaan yang baik, husnul khotimah.. Aamiin…
         Tak terasa tiga hari kami lewati dengan membawa kesan yang mendalam. Usai acara kami saling berpelukan erat, berharap episode kehidupan yang kan kami jalani selanjutnya menjadi lebih baik dan bisa menemukan secercah hidayah terindah yang Allah berikan.

          Perjumpaan itu menjadi langkah awal kami untuk sama-sama mencari cinta Hakiki. Jika ku ingat saat-saat perkenalan kami dahulu, slalu membuatku tersenyum, dan menitikkan air mata keharuan, betapa ukhuwah begitu indah.

Cilegon, 12-12-12

Selasa, 13 November 2012

Ibu, Kasihmu Sebening Embun



Ahad pagi adalah hari yang ku nanti, sebab dari aktivitasku sehari-hari bekerja 12 jam, akhirnya tergantikan semua lelah meski hanya satu hrai. Ahad juga hari spesial, karena jadwal mengkaji Islam bersama sahabat-sahabat tersayang. Hari ini aku harus berangkat pagi sekali agar tidak terlambat datang, aku pun sudah janji untuk menunggu temanku di Masjid Agung, soalnya baru sebulan di sini jadi belum terlalu hafal setiap sudut kota Baja.

Ketika mau berangkat, tiba-tiba saja ada sms masuk dari Nasiyah, kawanku di Tasik, "Aslm. Teman, aku lagi di Tasik sekarang mau ke Pasir Gede mengantarkan jenazah anaknya kakak, usianya 5 bulan di dalam kandungan pas lahir langsung meninggal, do'akan ya.." Innalillaahi, aku tidak langsung membalas smsnya sebab temanku sudah menunggu.

Setiba di tempat pengajian, bebersapa orang sudah hadir, dan ketika ustadzah mulai menyampaikan kajian hari itu, ternyata temanya adalah "Hak Ibu". Entah mengapa seolah ada embun jatuh mengalir ke dalam jiwaku, terbayang sosok wanita penuh kharisma dan kasih sayang.

Ustadzah mengingatkan kembali hadist Rasulullah, Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Hadist tersebut menunjukkan bahwa kecintan kita harus diberikan sepenuh hati kepada ibu kemudian ayah. Dibalik kesuksesan seorang anak pasti ada ibunya,maka ustadzahku menasihati jika sudah menikah nanti, ingatkan suami untuk mencintai ibunya. Tapi bagi yang belum nikah, inilah saatnya untuk puas-puaskan membahagiakannya, karena perempuan yang sudah menikah harus ikut dengan suaminya, sedangkan ibu lebih membutuhkan perhatian kita, ayo untuk yang belum menikah manfaatkan sebaik-baiknya  kesempatan ini, karena penyesalan itu datang diakhir.

Apalagi jika mendapati ibu yang sudah sepuh, itu tanggung jawab kita. Terkadang aku miris ketika mendengar dari seorang teman jurusan perawat. Waktu itu dia tugas ke Panti jompo, dia menceritakan bahwa ada suami istri sudah tua renta, anak-anaknya menitipkan keduanya di sana. Padahal tak ada lagi yang diinginkan mereka selain berkumpul dengan anak dan cucunya di usianya saat ini.

Coba kita renungi kembali kebaikan-kebaikan ibu kepada kita, yang sudah mengandung kita selama 9 bulan, apalagi anak kembar, terbayang betapa beratnya membawa dua janin, terasa sakit dan tidurpun tak lelap, lalu perihnya saat melahirkan, menyusui dan menyapih kita. Apa kita sudah membalas semua kebaikannya? Sungguh, tak ada seorang pun yang mampu membalasnya, kita diperintah untuk selalu berbuat baik padanya. Ustadzah pun menceritakan kisah seorang ibu yang mempertahankan janinnya dan melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa. Tiba-tiba saja aku ingat sms dari Nasiyah tadi pagi.

Usai pengajian, aku langsung balas smsnya. Nasiyah menceritakan kejadiannya, bahwa sebelum melahirkan kakaknya sudah terasa tnada-tanda bayi dalam kandungannya akan lahir, padahal usia kandungannya baru 5 bulan, tapi ketubannya sudah pecah, dokter menyarankan agar tidak dioperasi sebab berisiko pada ibu dan bayinya. Hingga bayi dalam kandungan bertahan sampai subuh hari Ahad dan melahirkan seperti biasa namun tak terlihat tanda-tanda kehidupan. Dia diberi nama Muhammad Akbar Syidik, "hadir ke dunia hanya selintas tayang" begitu kata Nasiyah. Dia bercerita, bayi berusia lima bulan sudah terbentuk sempurna jari tangan dan kakinya, wajah dan fisik luarnya, hanya organ dalam seperti jantung dan hati belum berfungsi dengan baik, hingga ia tak tertolong, semua atas kuasa Allah.

Dari sini kita belajar tentang pengorbanan seorang ibu yang sudah mengandung dan susah payah dalam melahirkan, seperti yang diceritakan sahabatku di atas, yakin "Muhammad Akbar Syidik" kan jadi jalan untuk kedua orangtuanya menuju Syurga kelak.

Yuk, sayangi ibu kita..! ^^

Di sudut kota baja "Cilegon", 14 Nov 2012


Jumat, 09 November 2012

Cahaya Dzikir Cinta



Dikala malam sunyi di hati
Usai shalat isya langkahku menuju lingkaran suci
berpamitan pada wajah-wajah bercahaya
tangis pecah mengalirkan air mata kerinduan
Tak kuasa diri membendungnya
hingga mataku kembali berkaca
"Jangan pergi," katamu.
Namun jalan panjang kan ku tempuh esok
Kusampaikan kisah elang dan ayam
beradu mencari jati diri
Lalu ku peluk satu-satu tubuh mungil itu
mengusap air matanya dengan senyum keharuan
Jika kau rindukan aku, maka tataplah purnama
Seperti malam ini ia hiasi langit hidupmu
Semoga yang ditinggalkan tidak melupakan yang pergi
Tetaplah tersenyum dan terangi bumimu
dengan cahaya dzikir cinta yang Agung..

Serang, 3 November 2012

(Puisi ini ku tulis dengan rindu yang menggelora di dada, untuk adik-adikku di SMP Islam Terpadu Ibadurrahman Tasikmalaya.. Semoga Allah mempertemukan kita kembali di Syurga-Nya kelak...) ^^

Selasa, 15 Mei 2012

Kilau di Jiwa




Malam kian larut, namun jemariku ingin terus menari, mengurai kisah indah episode kehidupan. Bertemankan cahaya gemintang di angkasa, aku tertegun sesaat merenungi diri yang semakin jauh dari kilau-Nya.
            Tadi siang Allah memperlihatkan kekuasan-Nya, saat takdir tak mampu dicegah oleh diri-diri yang lemah. Aku tertegun usai shalat di Masjid Rumah Sakit, saat di lorong itu seorang perawat mendorong tempat tidur, di atasnya terbujur kaku seseorang yang ditutupi kain kafan. Langkahku terhenti ketika perawat yang membawa tempat tidur itu melintas tepat di hadapanku, tangis pun pecah dari orang-orang terkasih, “Innalillahi wainnailahi rooji’un…”
            Suasana seperti ini sering aku saksikan. Allahu Akbar, tak ada seorang pun yang tahu kapan ajal kan menghampirinya. Namun, yang jadi pertanyaan, amal apa yang akan kita persembahkan kelak di hadapan-Nya?
            Ya, entah esok atau lusa diri ini akan dipanggil oleh-Nya. Kematian adalah pasti.

            Duhai penggenggam jiwa, aku mohon pada-Mu,, ijinkanlah aku meninggal keadaan khusnul khotimah…
            Amin…

            Robb… Adakah kilau-Mu temani hati yang menyepi?
            Sepeti langit malam yang pekat tanpa cahaya rembulan
            Biarkan aku tetap merindui-Mu dalam sepinya jiwa
            Agar kelak ku bisa merasakan cinta-Mu yang abadi
            Saat mata tlah terpejam, dan ruhku pun kembali pada-Mu..

Quality control


QC  di Kimia


1. QC Mindray
                “Serum control yang digunakan bernama spintrol. Serum control harus disimpan di dalam freezer dan Quality Control dilakukan setiap pagi. “
1)      Keluarkan serum control dari freezer, disimpan dulu selama 10 menit.
2)      Kemudian dilarutkan dengan aquabidest sebanyak 5 ml (memakai pipet volume)
 Digoyang-goyangkan sampai homogen (jangan dikocok), simpan 5 menit.
3)      Setelah disimpan, goyang-goyangkan lagi, lalu bagi-bagikan di cup kecil.
4)      Ambil satu cup, masukkan ke dalam tabung, diamkan 30 menit. (Alat dalam posisi ready)
5)      Serum control masukkan ke dalam rak sampel di posisi yang sudah ditentukan.
6)      Melakukan QC.
 - Klik parameter yang akan di QC
 - Klik OK. (running)
 - Tunggu sampai hasil QC keluar
 - Hasil samakan dengan Range 2 SD
 - Hasil yang sudah ada, lihat di buku QC (ini untuk mengecek ada tren atau tidak)

2. QC untuk Elektrolit
1)      Hidupkan alat
2)      Siapkan serum control
3)      Masukkan 200 µl ke dalam tabung khusus elektrolit
4)      Lalu masukkan ke dalam alat
5)      Tekan test
6)      Tunggu hingga hasil QC keluar

"Materi ini didapat dari pembimbing saat aku PKL di Rumah Sakit. Terima kasih" 

Sekian dulu pembahasan kita kali ini, dan di akhir acara saya ingin mempersembahkan sebuah lagu, “DoReMi”. Lagu ini khusus buat teman-teman yang mau tes. Ayo, nyanyikan bersama-sama…!! 
Do – Do’akan aku ujian
Re – Relakan aku belajar
Mi – Misalnya aku remidi
Fa – Fastikan ku tetap tersenyum
So – Soal nyontek sudah biasa
La – Lama-lama ketagihan
Si – Siapa yang mau jujur
Do – Do’aku untukmu slalu..

..^_^..

Hujan Membawa Rindu





Ijinkan aku mengurai sebuah kisah, ini adalah kisah nyata tentang seorang gadis kecil yang baru duduk di kelas 1 bangku Sekolah Menengah Pertama. Betapa bahagianya ia dan ayah ibunya ketika ia berhasil masuk ke sekolah favorit di kotanya. Gadis kesayangan keduaorangtua yang akan menjadi kebanggaan ayah ibunya di dunia dan akhirat.
Siang itu pukul 13.30 (tepat di tahun 2003) seperti biasa bel sekolah berbunyi, terdengar tawa riang siswa-siswi keluar kelas. Namun, siang itu hujan turun deras hingga menghentikan langkah siswa untuk segera pulang, begitu pula dengan gadis kecil berjilbab biru itu. Ia duduk di koridor sekolah sambil memandang tetesan air hujan dan hiruk pikuk suasana di sekolah.

Ada beberapa siswa yang pulang naik becak dan banyak pula yang dijemput oleh orantua mereka. Gadis kecil itu masih terdiam di tempatnya, ia tak ikut bersama teman-temannya untuk pulang naik becak, baginya ongkos becak lebih berharga jika ditabung saja. Namun setelah menunggu lama ternyata hujan tak kunjung reda. Entah mengapa sang gadis ingin sekali cepat sampai di rumah, akhirnya ia memutuskan untuk berlari menghadang hujan.
Ia harus berlari ke depan, sebab tak ada angkutan kota yang ia tuju melintas di depan sekolahnya. Kaki kecilnya berlari, hujan siang itu seolah memberi kekuatan padanya untuk segera pulang. Di dalam angkot ia hanya memandang keluar jendela berharap hujan segera reda.

Alhamdulillah ketika angkot sudah sampai, hujan pun mulai reda meski gerimis masih setia menemani. Turun dari angkot ia masih harus berjalan kaki menuju rumahnya yang berjarak +/- 50 meter. Saat ia tengah berjalan menuju rumahnya, ia merasa ada yang tidak biasa. Entah mengapa ia merasa tetangga-tetangga memandang berbeda pada dirinya, namun perasaan itu segera ditepisnya.

Tiba di depan rumah, ia melihat bibinya tengah menggendong keponakannya. Gadis kecil itu menyalami bibinya dan menggoda keponakan yang berada di pangkuan bibinya. “De, masuk dulu lalu segera ganti baju ya..” ucap bibinya. Ia segera masuk rumah dan mengucapkan salam, tak ada siapa-siapa di rumah, ia pun bergegas ke kamarnya.
Setelah berganti pakaian, tiba-tiba ada yang mengetuk kamarnya. Saat pintu dibuka rupanya tetangganya yang mengetuk, ia tersenyum sebentar tak lama kemudian tetangganya tiba-tiba langsung memeluknya dan berucap lirih di telinganya. “De, yang sabar ya.. Bapak sudah meninggal…”

Saat mendengar berita itu, tak mampu ia berucap kata-kata selain ucapan, “Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un…” air matanya pun menetes membasahi pipinya. Ia segera sadar bahwa ibunya tak ada di rumah, hingga dari luar tetangga yang lain datang dan mengantar sang ibu yang sedang menangis. Ia tak tahan melihat ibunya, namun ia berusaha tetap tegar dan kuat agar tak menambah kesedihan di wajah ibunya.

Tetangga mulai berdatangan, sementara gadis kecil itu duduk termenung di kursi tamu, air matanya sudah tak jatuh lagi ia berusaha untuk menguatkan diri. Tak lama kemudian ibunya datang menghampiri, memeluk dan mencium pipinya. “De, ayah sudah tiada tetap tabah ya..” ucap ibunya lirih. Mata gadis itu kembali berair, dalam hatinya ia bertekad untuk tegar dan ingin membahagiakan ibunya.
Ayahnya meninggal pukul 11.00 siang tadi di Surabaya tempatnya bekerja, jenazahnya akan tiba esok dini hari. Sambil menanti jasad ayah tercinta, gadis kecil terus berdo’a dalam hati untuk ayahnya, setiap waktu ia isi dengan membaca Al-Qur’an.

Dini hari itu, sebuah mobil ambulans berhenti di depan rumahnya mengantarkan jenazah ayah sang gadis. Untuk terakhir kalinya gadis kecil itu menatap wajah ayah tercinta dalam balutan putihnya kain kafan. Ia duduk di samping jasad ayahnya sambil memegang mushaf Al-Qur’an, lisan kecilnya mengalunkan ayat-ayat cinta Robbnya.
 “Selamat jalan ayah, aku pun kelak kan menyusulmu. Ku do’akan slalu semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan menempatkanmu di Syurga-Nya.. Amin,” senyum manis pun terlihat di wajah kecilnya.
***

Sahabatku, semoga kisah dari gadis kecil ini bisa kita ambil hikmahnya, betapa mudah bagi Allah menghentikan denyut nadi seseorang dan tak seorang pun tahu kapan ajalnya kan tiba, maka persiapkan dirimu untuk bekal saat bertemu dengan-Nya.

Selain itu, begitu besar kasih sayang Allah pada sang gadis, hingga ia uji di usianya yang baru beranjak remaja, sehingga menjadikannya tangguh tuk arungi kehidupan. Betapa besar pula kasih orang tua untuk anak-anaknya, maka duhai sahabatku, bagi yang masih memiliki ayah dan ibu sayangilah mereka, bahagiakan hatinya dengan engkau berbakti pada keduanya selagi mereka masih ada di sisimu. Sebab ketika Allah telah memanggilnya, tak ada lagi ayah yang slalu memberimu nasihat, tak ada lagi ibu yang selalu menantimu saat kau pulang ke rumah. Manfaatkan kesempatan itu duhai sahabatku.

Bagi engkau yang ayah atau ibunya telah tiada, jangan bersedih. Tegarlah layaknya gadis kecil dalam kisah di atas, seperti yang ia tekadkan bahwa kelak kita pun akan menyusul mereka dan berharap menjadi jalannya menuju Syurga. Tetap do’akan keduanya, yakinlah bahwa mereka sangat mengharapkan do’a tulus dari anak-anaknya yang sholeh.
Terima kasih sahabatku.. :)

Rabu, 22 Februari 2012

"Vampir" Rumah Sakit

Mentari di Atas Langit Rumah Sakit

Part 1 : “Vampir” Rumah Sakit
Hari ini adalah hari pertamaku Praktik Kerja Lapangan (PKL).  Aku bersama teman-teman analis kesehatan, jumlah kami enam orang. Alhamdulillah kami mendapat lahan PKL di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya, teman-temanku yang berlima mereka satu kelas sedangkan aku kelas B satu orang, semua teman sekelasku PKL di luar kota ada yang di Ciamis, Kuningan, Bandung, Banjar, Purwokerto, Banyumas daerah Jawa Tengah. Aku yakin, rencana Allah selalu indah dan pasti ada hikmah dari semua kejadian, aku bisa lebih mengenal teman-teman di kelas A sehingga membangun komunikasi baru dan bisa mendapat pengalaman dari teman-teman di luar kota.
Tugas pertamaku pagi ini adalah ‘sampling’ bersama petugas dari Ruang Anak. Sebenarnya aku tidak sulit mencari ruang RAB, sebab dulu pernah menjelajahi sudut-sudut di Rumah Sakit ini, namun statusku sekarang mahasiswi yang sedang praktik bukan penunggu pasien lagi dan tentunya harus bisa menyesuaikan diri dengan pegawai RS. Ketika masuk ruang anak, aku diajak pembimbingku yang bernama Pak Agus untuk melihatnya mengambil darah dari seorang bayi. Aku terharu melihat keadaan si bayi, tubuhnya pucat semua, pernafasannya dibantu oksigen, kepalanya diperban, kondisi bayi tengah tertidur. Ketika diambil darah dari bagian pahanya dia tidak terbangun ataupun menangis, namun kulihat dari raut wajahnya tampak bayi tak berdosa ini kesakitan. Aku tak tahu ia sakit apa, semoga cepat disembuhkan.
Selain di ruang anak, aku juga diajak untuk berkeliling ruangan mengambil sampel darah dari pasien dewasa. Ruang pertama yang aku masuki itu adalah tempat dulu ibuku dirawat dan menghembuskan nafas terakhirnya. Saat aku memasuki kamar itu, hatiku bergetar terbayang dalam benak sosok lemah tak berdaya itu terbaring di atas tempat tidur, aku masih merasakan pelukan terakhirnya, dan dinding-dinding putih ini menjadi saksi kesyahidannya melawan rasa sakit. Ya Allah, tempatkan ibu dan ayahku di Syurga-Mu. Saat itu aku bertahan untuk membendung air mata agar tidak menetes.  
Pak Agus mengajariku bagaimana mengambil darah yang benar, dan aku diberi kesempatan untuk mengambil darah beberapa pasien. Aku sudah sering mengambil darah teman-temanku saat praktikum di kampus, tapi untuk mengambil darah pasien sesungguhnya belum pernah. Dengan sabar Pak Agus menuntunku, perlahan aku menusukkan jarum ke pembuluh vena seorang ibu. Ketika mulai kutarik spuitnya, darahnya tak mau naik, hm, ternyata jarumnya menggeser dari vena, Pak Agus menenangkanku agar tidak panik, aku disuruh untuk melepas jarumnya, ibu itu terlihat kesakitan. Luka bekas tusukan jarum segera ditutup kapas dan dengan cekatan Pak Agus kembali mengambil spuit yang baru untuk segera mengambil kembali darah. Setelah selesai, akhirnya aku bisa mengambil nafas lega, sedikit dag-dig-dug juga, tapi Pak Agus membelaku karena ini pertama kalinya aku mengambil darah pasien, dia pun kembali menjelaskan cara mengenal vena untuk phlebotomy.
Perjalanan kami berlanjut, masih ada delapan sampai sepuluh pasien lagi yang harus diambil darahnya. Hari ini kami benar-benar menjadi “vampir” Rumah sakit,  he.. Aku ditawari kembali untuk mengambil darah pasien, Pak Agus meyakinkanku. Baiklah kali ini aku pasti berhasil! Sekarang targetku adalah seorang bapak paruh baya, tubuhnya yang lemah seolah pasrah darahnya akan kuambil. Perlahan jarum itu kutusukkan ke pembuluh venanya, lalu kutarik spuit perlahan hingga 5 cc, dan akhirnya,,, dapat!! Aku berhasil mendapatkan darah, terima kasih Ya Allah. Setelah berhasil mengambil satu darah pasien, aku menjadi lebih sering ditawari untuk mengambil darah. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar meskipun masih dag-dig-dug, tapi aku senang berhasil mengambil darah dari beberapa pasien.
Perjalanan terakhir kami adalah menuju ruang bayi baru lahir. Saat kakiku melangkah masuk, aku seolah berada di dunia bayi! Terdengar beberapa tangisan dari bayi-bayi mungil itu, duuh, lucunya, ditambah lagi aku senang pada anak kecil. Kuamati satu persatu bayi itu, kebanyakan adalah bayi yang baru lahir, tapi ada juga bayi yang masuk inkubator, mereka semua adalah para pembaharu bangsa ini, semoga dijadikan sholeh dan sholehah, Amin.
Saat aku tengah asyiknya mengamati bayi-bayi itu, tiba-tiba Pak Agus mengagetkanku, dia menawari untuk mengambil darah seorang bayi. Masya Allah, meski sebenarnya aku tidak tega, tapi aku harus melakukannya sebagai bekal jika bekerja kelak. Kini seorang bayi lucu yang tengah tertidur menjadi target terakhirku hari ini. Pengambilan darah untuk bayi melalui bagian femoralis, tangan kiriku harus memegang erat kaki bayi yang masih mungil itu agar ia tidak meronta, sedangkan tangan kananku memegang spuit. Saat jarum itu menusuk kulitnya, sang bayi terbangun dan menangis kesakitan, segera kutarik spuitnya dan perlahan darah segar itu masuk ke dalam spuit. Setelah selesai mengambil darah, segera kututup luka tusukannya dengan kapas, kucoba menenangkan sang bayi, cup-cup-cup… sayang,, jangan menangis, dan tak lama kemudian bayi itu kembali terlelap.
Setelah selesai berkeliling, kami menuju laboratorium untuk memeriksakan hasilnya. Fuiih,, Alhamdulillah, sungguh perjalanan yang luar biasa hari ini. Aku telah mendapatkan banyak pengalaman dan hikmah yang begitu berharga. Di sini aku telah menemukan kondisi pasien dengan beragam penyakit. Segala puji bagi Allah yang masih memberi kita kesehatan untuk tetap merasakan nikmatnya beribadah dan bekerja keras. So, ingat lima perkara sebelum datang lima perkara, salah satu diantaranya, sehat sebelum sakit. Ayo kawan, manfaatkan waktumu sebelum datang ajalmu, karena kita tak pernah tahu kapan Allah akan mengambil nyawa kita, bisa jadi pembaca duluan ataupun saya belakangan,, lho?! He..
Jazakumulloh khoir… Semoga esok kan lebih baik! ^_^
Tasikmalaya, 20 Februari 2012