Selasa, 15 Mei 2012

Hujan Membawa Rindu





Ijinkan aku mengurai sebuah kisah, ini adalah kisah nyata tentang seorang gadis kecil yang baru duduk di kelas 1 bangku Sekolah Menengah Pertama. Betapa bahagianya ia dan ayah ibunya ketika ia berhasil masuk ke sekolah favorit di kotanya. Gadis kesayangan keduaorangtua yang akan menjadi kebanggaan ayah ibunya di dunia dan akhirat.
Siang itu pukul 13.30 (tepat di tahun 2003) seperti biasa bel sekolah berbunyi, terdengar tawa riang siswa-siswi keluar kelas. Namun, siang itu hujan turun deras hingga menghentikan langkah siswa untuk segera pulang, begitu pula dengan gadis kecil berjilbab biru itu. Ia duduk di koridor sekolah sambil memandang tetesan air hujan dan hiruk pikuk suasana di sekolah.

Ada beberapa siswa yang pulang naik becak dan banyak pula yang dijemput oleh orantua mereka. Gadis kecil itu masih terdiam di tempatnya, ia tak ikut bersama teman-temannya untuk pulang naik becak, baginya ongkos becak lebih berharga jika ditabung saja. Namun setelah menunggu lama ternyata hujan tak kunjung reda. Entah mengapa sang gadis ingin sekali cepat sampai di rumah, akhirnya ia memutuskan untuk berlari menghadang hujan.
Ia harus berlari ke depan, sebab tak ada angkutan kota yang ia tuju melintas di depan sekolahnya. Kaki kecilnya berlari, hujan siang itu seolah memberi kekuatan padanya untuk segera pulang. Di dalam angkot ia hanya memandang keluar jendela berharap hujan segera reda.

Alhamdulillah ketika angkot sudah sampai, hujan pun mulai reda meski gerimis masih setia menemani. Turun dari angkot ia masih harus berjalan kaki menuju rumahnya yang berjarak +/- 50 meter. Saat ia tengah berjalan menuju rumahnya, ia merasa ada yang tidak biasa. Entah mengapa ia merasa tetangga-tetangga memandang berbeda pada dirinya, namun perasaan itu segera ditepisnya.

Tiba di depan rumah, ia melihat bibinya tengah menggendong keponakannya. Gadis kecil itu menyalami bibinya dan menggoda keponakan yang berada di pangkuan bibinya. “De, masuk dulu lalu segera ganti baju ya..” ucap bibinya. Ia segera masuk rumah dan mengucapkan salam, tak ada siapa-siapa di rumah, ia pun bergegas ke kamarnya.
Setelah berganti pakaian, tiba-tiba ada yang mengetuk kamarnya. Saat pintu dibuka rupanya tetangganya yang mengetuk, ia tersenyum sebentar tak lama kemudian tetangganya tiba-tiba langsung memeluknya dan berucap lirih di telinganya. “De, yang sabar ya.. Bapak sudah meninggal…”

Saat mendengar berita itu, tak mampu ia berucap kata-kata selain ucapan, “Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un…” air matanya pun menetes membasahi pipinya. Ia segera sadar bahwa ibunya tak ada di rumah, hingga dari luar tetangga yang lain datang dan mengantar sang ibu yang sedang menangis. Ia tak tahan melihat ibunya, namun ia berusaha tetap tegar dan kuat agar tak menambah kesedihan di wajah ibunya.

Tetangga mulai berdatangan, sementara gadis kecil itu duduk termenung di kursi tamu, air matanya sudah tak jatuh lagi ia berusaha untuk menguatkan diri. Tak lama kemudian ibunya datang menghampiri, memeluk dan mencium pipinya. “De, ayah sudah tiada tetap tabah ya..” ucap ibunya lirih. Mata gadis itu kembali berair, dalam hatinya ia bertekad untuk tegar dan ingin membahagiakan ibunya.
Ayahnya meninggal pukul 11.00 siang tadi di Surabaya tempatnya bekerja, jenazahnya akan tiba esok dini hari. Sambil menanti jasad ayah tercinta, gadis kecil terus berdo’a dalam hati untuk ayahnya, setiap waktu ia isi dengan membaca Al-Qur’an.

Dini hari itu, sebuah mobil ambulans berhenti di depan rumahnya mengantarkan jenazah ayah sang gadis. Untuk terakhir kalinya gadis kecil itu menatap wajah ayah tercinta dalam balutan putihnya kain kafan. Ia duduk di samping jasad ayahnya sambil memegang mushaf Al-Qur’an, lisan kecilnya mengalunkan ayat-ayat cinta Robbnya.
 “Selamat jalan ayah, aku pun kelak kan menyusulmu. Ku do’akan slalu semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan menempatkanmu di Syurga-Nya.. Amin,” senyum manis pun terlihat di wajah kecilnya.
***

Sahabatku, semoga kisah dari gadis kecil ini bisa kita ambil hikmahnya, betapa mudah bagi Allah menghentikan denyut nadi seseorang dan tak seorang pun tahu kapan ajalnya kan tiba, maka persiapkan dirimu untuk bekal saat bertemu dengan-Nya.

Selain itu, begitu besar kasih sayang Allah pada sang gadis, hingga ia uji di usianya yang baru beranjak remaja, sehingga menjadikannya tangguh tuk arungi kehidupan. Betapa besar pula kasih orang tua untuk anak-anaknya, maka duhai sahabatku, bagi yang masih memiliki ayah dan ibu sayangilah mereka, bahagiakan hatinya dengan engkau berbakti pada keduanya selagi mereka masih ada di sisimu. Sebab ketika Allah telah memanggilnya, tak ada lagi ayah yang slalu memberimu nasihat, tak ada lagi ibu yang selalu menantimu saat kau pulang ke rumah. Manfaatkan kesempatan itu duhai sahabatku.

Bagi engkau yang ayah atau ibunya telah tiada, jangan bersedih. Tegarlah layaknya gadis kecil dalam kisah di atas, seperti yang ia tekadkan bahwa kelak kita pun akan menyusul mereka dan berharap menjadi jalannya menuju Syurga. Tetap do’akan keduanya, yakinlah bahwa mereka sangat mengharapkan do’a tulus dari anak-anaknya yang sholeh.
Terima kasih sahabatku.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar