Rabu, 22 Februari 2012

"Vampir" Rumah Sakit

Mentari di Atas Langit Rumah Sakit

Part 1 : “Vampir” Rumah Sakit
Hari ini adalah hari pertamaku Praktik Kerja Lapangan (PKL).  Aku bersama teman-teman analis kesehatan, jumlah kami enam orang. Alhamdulillah kami mendapat lahan PKL di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya, teman-temanku yang berlima mereka satu kelas sedangkan aku kelas B satu orang, semua teman sekelasku PKL di luar kota ada yang di Ciamis, Kuningan, Bandung, Banjar, Purwokerto, Banyumas daerah Jawa Tengah. Aku yakin, rencana Allah selalu indah dan pasti ada hikmah dari semua kejadian, aku bisa lebih mengenal teman-teman di kelas A sehingga membangun komunikasi baru dan bisa mendapat pengalaman dari teman-teman di luar kota.
Tugas pertamaku pagi ini adalah ‘sampling’ bersama petugas dari Ruang Anak. Sebenarnya aku tidak sulit mencari ruang RAB, sebab dulu pernah menjelajahi sudut-sudut di Rumah Sakit ini, namun statusku sekarang mahasiswi yang sedang praktik bukan penunggu pasien lagi dan tentunya harus bisa menyesuaikan diri dengan pegawai RS. Ketika masuk ruang anak, aku diajak pembimbingku yang bernama Pak Agus untuk melihatnya mengambil darah dari seorang bayi. Aku terharu melihat keadaan si bayi, tubuhnya pucat semua, pernafasannya dibantu oksigen, kepalanya diperban, kondisi bayi tengah tertidur. Ketika diambil darah dari bagian pahanya dia tidak terbangun ataupun menangis, namun kulihat dari raut wajahnya tampak bayi tak berdosa ini kesakitan. Aku tak tahu ia sakit apa, semoga cepat disembuhkan.
Selain di ruang anak, aku juga diajak untuk berkeliling ruangan mengambil sampel darah dari pasien dewasa. Ruang pertama yang aku masuki itu adalah tempat dulu ibuku dirawat dan menghembuskan nafas terakhirnya. Saat aku memasuki kamar itu, hatiku bergetar terbayang dalam benak sosok lemah tak berdaya itu terbaring di atas tempat tidur, aku masih merasakan pelukan terakhirnya, dan dinding-dinding putih ini menjadi saksi kesyahidannya melawan rasa sakit. Ya Allah, tempatkan ibu dan ayahku di Syurga-Mu. Saat itu aku bertahan untuk membendung air mata agar tidak menetes.  
Pak Agus mengajariku bagaimana mengambil darah yang benar, dan aku diberi kesempatan untuk mengambil darah beberapa pasien. Aku sudah sering mengambil darah teman-temanku saat praktikum di kampus, tapi untuk mengambil darah pasien sesungguhnya belum pernah. Dengan sabar Pak Agus menuntunku, perlahan aku menusukkan jarum ke pembuluh vena seorang ibu. Ketika mulai kutarik spuitnya, darahnya tak mau naik, hm, ternyata jarumnya menggeser dari vena, Pak Agus menenangkanku agar tidak panik, aku disuruh untuk melepas jarumnya, ibu itu terlihat kesakitan. Luka bekas tusukan jarum segera ditutup kapas dan dengan cekatan Pak Agus kembali mengambil spuit yang baru untuk segera mengambil kembali darah. Setelah selesai, akhirnya aku bisa mengambil nafas lega, sedikit dag-dig-dug juga, tapi Pak Agus membelaku karena ini pertama kalinya aku mengambil darah pasien, dia pun kembali menjelaskan cara mengenal vena untuk phlebotomy.
Perjalanan kami berlanjut, masih ada delapan sampai sepuluh pasien lagi yang harus diambil darahnya. Hari ini kami benar-benar menjadi “vampir” Rumah sakit,  he.. Aku ditawari kembali untuk mengambil darah pasien, Pak Agus meyakinkanku. Baiklah kali ini aku pasti berhasil! Sekarang targetku adalah seorang bapak paruh baya, tubuhnya yang lemah seolah pasrah darahnya akan kuambil. Perlahan jarum itu kutusukkan ke pembuluh venanya, lalu kutarik spuit perlahan hingga 5 cc, dan akhirnya,,, dapat!! Aku berhasil mendapatkan darah, terima kasih Ya Allah. Setelah berhasil mengambil satu darah pasien, aku menjadi lebih sering ditawari untuk mengambil darah. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar meskipun masih dag-dig-dug, tapi aku senang berhasil mengambil darah dari beberapa pasien.
Perjalanan terakhir kami adalah menuju ruang bayi baru lahir. Saat kakiku melangkah masuk, aku seolah berada di dunia bayi! Terdengar beberapa tangisan dari bayi-bayi mungil itu, duuh, lucunya, ditambah lagi aku senang pada anak kecil. Kuamati satu persatu bayi itu, kebanyakan adalah bayi yang baru lahir, tapi ada juga bayi yang masuk inkubator, mereka semua adalah para pembaharu bangsa ini, semoga dijadikan sholeh dan sholehah, Amin.
Saat aku tengah asyiknya mengamati bayi-bayi itu, tiba-tiba Pak Agus mengagetkanku, dia menawari untuk mengambil darah seorang bayi. Masya Allah, meski sebenarnya aku tidak tega, tapi aku harus melakukannya sebagai bekal jika bekerja kelak. Kini seorang bayi lucu yang tengah tertidur menjadi target terakhirku hari ini. Pengambilan darah untuk bayi melalui bagian femoralis, tangan kiriku harus memegang erat kaki bayi yang masih mungil itu agar ia tidak meronta, sedangkan tangan kananku memegang spuit. Saat jarum itu menusuk kulitnya, sang bayi terbangun dan menangis kesakitan, segera kutarik spuitnya dan perlahan darah segar itu masuk ke dalam spuit. Setelah selesai mengambil darah, segera kututup luka tusukannya dengan kapas, kucoba menenangkan sang bayi, cup-cup-cup… sayang,, jangan menangis, dan tak lama kemudian bayi itu kembali terlelap.
Setelah selesai berkeliling, kami menuju laboratorium untuk memeriksakan hasilnya. Fuiih,, Alhamdulillah, sungguh perjalanan yang luar biasa hari ini. Aku telah mendapatkan banyak pengalaman dan hikmah yang begitu berharga. Di sini aku telah menemukan kondisi pasien dengan beragam penyakit. Segala puji bagi Allah yang masih memberi kita kesehatan untuk tetap merasakan nikmatnya beribadah dan bekerja keras. So, ingat lima perkara sebelum datang lima perkara, salah satu diantaranya, sehat sebelum sakit. Ayo kawan, manfaatkan waktumu sebelum datang ajalmu, karena kita tak pernah tahu kapan Allah akan mengambil nyawa kita, bisa jadi pembaca duluan ataupun saya belakangan,, lho?! He..
Jazakumulloh khoir… Semoga esok kan lebih baik! ^_^
Tasikmalaya, 20 Februari 2012