Selasa, 13 November 2012

Ibu, Kasihmu Sebening Embun



Ahad pagi adalah hari yang ku nanti, sebab dari aktivitasku sehari-hari bekerja 12 jam, akhirnya tergantikan semua lelah meski hanya satu hrai. Ahad juga hari spesial, karena jadwal mengkaji Islam bersama sahabat-sahabat tersayang. Hari ini aku harus berangkat pagi sekali agar tidak terlambat datang, aku pun sudah janji untuk menunggu temanku di Masjid Agung, soalnya baru sebulan di sini jadi belum terlalu hafal setiap sudut kota Baja.

Ketika mau berangkat, tiba-tiba saja ada sms masuk dari Nasiyah, kawanku di Tasik, "Aslm. Teman, aku lagi di Tasik sekarang mau ke Pasir Gede mengantarkan jenazah anaknya kakak, usianya 5 bulan di dalam kandungan pas lahir langsung meninggal, do'akan ya.." Innalillaahi, aku tidak langsung membalas smsnya sebab temanku sudah menunggu.

Setiba di tempat pengajian, bebersapa orang sudah hadir, dan ketika ustadzah mulai menyampaikan kajian hari itu, ternyata temanya adalah "Hak Ibu". Entah mengapa seolah ada embun jatuh mengalir ke dalam jiwaku, terbayang sosok wanita penuh kharisma dan kasih sayang.

Ustadzah mengingatkan kembali hadist Rasulullah, Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Hadist tersebut menunjukkan bahwa kecintan kita harus diberikan sepenuh hati kepada ibu kemudian ayah. Dibalik kesuksesan seorang anak pasti ada ibunya,maka ustadzahku menasihati jika sudah menikah nanti, ingatkan suami untuk mencintai ibunya. Tapi bagi yang belum nikah, inilah saatnya untuk puas-puaskan membahagiakannya, karena perempuan yang sudah menikah harus ikut dengan suaminya, sedangkan ibu lebih membutuhkan perhatian kita, ayo untuk yang belum menikah manfaatkan sebaik-baiknya  kesempatan ini, karena penyesalan itu datang diakhir.

Apalagi jika mendapati ibu yang sudah sepuh, itu tanggung jawab kita. Terkadang aku miris ketika mendengar dari seorang teman jurusan perawat. Waktu itu dia tugas ke Panti jompo, dia menceritakan bahwa ada suami istri sudah tua renta, anak-anaknya menitipkan keduanya di sana. Padahal tak ada lagi yang diinginkan mereka selain berkumpul dengan anak dan cucunya di usianya saat ini.

Coba kita renungi kembali kebaikan-kebaikan ibu kepada kita, yang sudah mengandung kita selama 9 bulan, apalagi anak kembar, terbayang betapa beratnya membawa dua janin, terasa sakit dan tidurpun tak lelap, lalu perihnya saat melahirkan, menyusui dan menyapih kita. Apa kita sudah membalas semua kebaikannya? Sungguh, tak ada seorang pun yang mampu membalasnya, kita diperintah untuk selalu berbuat baik padanya. Ustadzah pun menceritakan kisah seorang ibu yang mempertahankan janinnya dan melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa. Tiba-tiba saja aku ingat sms dari Nasiyah tadi pagi.

Usai pengajian, aku langsung balas smsnya. Nasiyah menceritakan kejadiannya, bahwa sebelum melahirkan kakaknya sudah terasa tnada-tanda bayi dalam kandungannya akan lahir, padahal usia kandungannya baru 5 bulan, tapi ketubannya sudah pecah, dokter menyarankan agar tidak dioperasi sebab berisiko pada ibu dan bayinya. Hingga bayi dalam kandungan bertahan sampai subuh hari Ahad dan melahirkan seperti biasa namun tak terlihat tanda-tanda kehidupan. Dia diberi nama Muhammad Akbar Syidik, "hadir ke dunia hanya selintas tayang" begitu kata Nasiyah. Dia bercerita, bayi berusia lima bulan sudah terbentuk sempurna jari tangan dan kakinya, wajah dan fisik luarnya, hanya organ dalam seperti jantung dan hati belum berfungsi dengan baik, hingga ia tak tertolong, semua atas kuasa Allah.

Dari sini kita belajar tentang pengorbanan seorang ibu yang sudah mengandung dan susah payah dalam melahirkan, seperti yang diceritakan sahabatku di atas, yakin "Muhammad Akbar Syidik" kan jadi jalan untuk kedua orangtuanya menuju Syurga kelak.

Yuk, sayangi ibu kita..! ^^

Di sudut kota baja "Cilegon", 14 Nov 2012


Jumat, 09 November 2012

Cahaya Dzikir Cinta



Dikala malam sunyi di hati
Usai shalat isya langkahku menuju lingkaran suci
berpamitan pada wajah-wajah bercahaya
tangis pecah mengalirkan air mata kerinduan
Tak kuasa diri membendungnya
hingga mataku kembali berkaca
"Jangan pergi," katamu.
Namun jalan panjang kan ku tempuh esok
Kusampaikan kisah elang dan ayam
beradu mencari jati diri
Lalu ku peluk satu-satu tubuh mungil itu
mengusap air matanya dengan senyum keharuan
Jika kau rindukan aku, maka tataplah purnama
Seperti malam ini ia hiasi langit hidupmu
Semoga yang ditinggalkan tidak melupakan yang pergi
Tetaplah tersenyum dan terangi bumimu
dengan cahaya dzikir cinta yang Agung..

Serang, 3 November 2012

(Puisi ini ku tulis dengan rindu yang menggelora di dada, untuk adik-adikku di SMP Islam Terpadu Ibadurrahman Tasikmalaya.. Semoga Allah mempertemukan kita kembali di Syurga-Nya kelak...) ^^